MENILIK INDUSTRI GAME DI INDONESIA, MASIH TERTINGGAL JAUH?
Lapakgaming Battle Arena resmi berakhir pada 30 November hingga 1 Desember 2024. Acara ini tak hanya menampilkan kompetisi game yang seru, tapi juga menghadirkan talkshow menarik bertema “Percepatan Pengembangan Industri Game Nasional”. Terdapat tiga pembicara yang ahli di bidangnya berbagi pandangan tentang masa depan industri game Indonesia, dan bagaimana semua elemen harus berkolaborasi untuk mempercepat pertumbuhan sektor ini.
Dalam sesi talkshow yang telah digelar pada Sabtu (30/11/2024), Sere Kalina Florencia sebagai Co-founder & CEO Gamecomm Indonesia menyoroti tantangan besar yang dihadapi industri game Indonesia dibandingkan negara lain. Menurutnya, Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, hingga Rusia. Oleh karena itu, kolaborasi internasional menjadi langkah penting untuk memperkecil gap tersebut.
"Indonesia jauh ketinggalan dibandingkan negara-negara lainnya. Jadi untuk memperkecil jarak tersebut kita perlu adanya kolaborasi. Kita bekerja sama dengan Perancis, Polandia, Rusia, Jepang, dengan Korea, karena kita butuh ilmu dari mereka. Supaya kita semakin meningkatkan skill kita, knowledge kita, yang ter-update sekarang," jelas Sere.
Jika melihat potensi besar pasar game di Indonesia, dengan jumlah gamer yang mencapai lebih dari 100 juta orang, yang sekiranya lebih dari separuh populasi Indonesia, seharusnya game lokal memiliki peluang besar. Namun, fakta menunjukkan bahwa game lokal hanya menguasai 2% pasar dalam negeri.
"Ini menjadi PR besar untuk kita semua. Mengembangkan industri game lokal nggak bisa cuma developer-nya aja, pemerintahnya aja, atau komunitasnya aja. Semua stakeholder, gamers, developer, pemerintah harus bekerja sama dan punya mimpi yang sama," tambahnya.
Sementara itu, Shafiq Husein selaku Ketua Umum Asosiasi Game Indonesia (AGI) & CEO Gambir Studio, ia menekankan pentingnya pengembangan talenta lokal yang siap bersaing di pasar internasional. Menurutnya, talenta Indonesia harus dipersiapkan agar mampu menghadapi persaingan dengan negara seperti Jepang dan Singapura.
"Apa sih yang sebenarnya dibutuhin? Talent-nya kita nih. Sudah siap belum bersaing dengan market Jepang? Sudah siap belum bersaing dengan market Singapura? Peran kita sebagai asosiasi adalah menyediakan pelatihan dan program inkubasi untuk menyiapkan talenta tersebut," ujar Shafiq.
Shafiq juga menekankan pentingnya kesadaran bahwa industri game bukan hanya soal membuat game, tapi juga menciptakan bisnis yang berkelanjutan.
"This is not how you making doang, tapi this is an industry, you have to create business of it. AGI juga akan membantu inkubasi, mempersiapkan talenta, dan bekerja sama dengan multi stakeholder untuk memastikan keberhasilan industri ini," lanjutnya.
Melalui kolaborasi, pelatihan, dan regulasi yang tepat, para pembicara optimis bahwa industri game Indonesia bisa berkembang lebih pesat. LapakGaming Battle Arena menjadi bukti bahwa dengan dukungan dari berbagai pihak, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain penting dalam industri game global. Namun, semua pihak harus bersinergi dan memiliki visi yang sama untuk mewujudkannya.
Dapatkan info seputar game & esports di channel DensPlay!